Daftar Isi : 

Dalam 3 tahun belakangan, Indonesia tengah mengalami krisis jumlah pernikahan, yakni tepatnya sejak tahun 2021-2023. Fenomena ini tentu bisa berpengaruh ke berbagai sektor dan salah satunya adalah sektor properti.Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pernikahan di Indonesia menurun sejak 3 tahun belakangan. Pada 2021, angka pernikahan di Indonesia tercatat ada 1.742.049. Lalu pada 2022 menurun menjadi 1.705.348. Sedangkan pada 2023, angkanya semakin menurun sebanyak 1.577.255.Sosiolog Universitas Airlangga (Unair), Prof. Bagong Suyanto mengatakan penurunan ini disebabkan karena terbukanya peluang perempuan untuk mengembangkan potensi dirinya.“Angka pernikahan turun akibat adanya kesempatan perempuan untuk sekolah dan bekerja semakin terbuka lebar. Selain itu, ketergantungan perempuan kian menurun juga,” ujar Prof. Bagong.Bagong juga menambahkan penyebab penurunan angka pernikahan lainnya yaitu karena masih sedikitnya jumlah laki-laki yang mapan karena susahnya mendapat pekerjaan.Nasib Sektor PropertiMenanggapi hal tersebut, seorang pengamat bisnis properti sekaligus CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda mengungkap bahwa penurunan angka pernikahan di Indonesia 2024 tidak akan berdampak langsung pada bisnis properti.Akan tetapi, ia juga tidak bisa menyangkal kalau ada kemungkinan penurunan ke sektor properti di Indonesia. Mengingat sebanyak 69% konsumen memutuskan untuk membeli properti setelah menikah.Di negara yang belum maju, angka pertumbuhan rumah tangga ini juga tidak selalu berbanding lurus dengan permintaan hunian. Sebab, masih banyak pasangan setelah menikah yang tidak langsung membeli properti. Adapula yang memutuskan untuk tinggal di rumah orang tuanya atau bahkan memutuskan mengontrak.Para pengamat properti, Ali Tranghanda dan Anton Sitorus mengungkap sektor yang paling rentan terpengaruh atas fenomena ini yaitu sektor hunian seperti rumah tapak dan apartemen. Oleh sebab itu, pengembang properti harus bisa menyiasati fenomena penurunan angka pernikahan ini dengan strategi baru dalam penjualan properti.Strategi Bisnis Properti“Strategi yang bisa digunakan pebisnis properti adalah strategi harga dan cara pembayaran, termasuk pula proyek hunian yang berbasis TOD (Transit Oriented Development),” ungkap Ali.Sementara menurut Anton, para developer harus bisa membuat strategi yang memikat orang-orang di luar survei angka pernikahan tersebut, seperti orang berstatus lajang hingga para pekerja yang hendak membeli rumah.“Selain menarik keluarga baru, developer juga harus bisa membuat strategi untuk menarik orang yang single agar membeli rumah. Entah itu sebagai investasi atau sekadar gaya hidup saja,” tambah Anton.Sejalan dengan pendapat Ali yang mengatakan bahwa orang yang tidak menikah belum tentu tidak memutuskan untuk membeli propetri, pastinya mereka juga membutuhkan hunian.“Tak menutup kemungkinan bagi orang yang tidak menikah untuk tidak membeli properti. Sebab, mereka pasti membutuhkan hunian. Bisa saja konsep kepemilikan properti bergeser menjadi penyewaan apartemen di tengah perkotaan,” tutup Ali.Menyadari fenomena tersebut, Gethome selaku agregator properti akan membantu para pencari hunian, baik yang memutuskan menikah maupun tidak menikah untuk bisa memiliki tempat tinggal dengan budget minimalis sekalipun lho.Di Gethome, Homies bisa membeli rumah dengan desain kekinian mulai dari Rp600 jutaan saja. Selain membeli rumah, tentunya Homies juga bisa menyewa dengan tempo pembayaran per tahun yang tentunya bikin Homies makin hemat. Jadi, nggak ada alasan lagi bagi Homies untuk tidak memiliki hunian.Kini, Homies makin mudah punya rumah impian hanya lewat aplikasi ‘Gethome – Mudah Punya Rumah’ di Google Play Store dan App Store! Yuk unduh aplikasinya sekarang juga!

Bagikan Postingan Ini