Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Axell Ebenhaezer meyakini bahwa nasib sektor properti memiliki prospek yang cukup cerah pada tahun 2024.Diketahui, prediksi ini terjadi karena ada dua katalis positif yang terus mengikutinya.Pertama, insentif PPN terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah tentu akan membuat konsumen membeli properti dengan harga yang jauh lebih terjangkau. Kedua karena tingginya prospek pemangkasan suku bunga The Fed sekaligus suku bunga Bank Indonesia.Lebih lanjut, Axell menjelaskan bahwa mayoritas pembelian properti di Indonesia menggunakan kredit. Sehingga penurunan suku bunga ini bisa mendorong penjualan.“Masih ada saham emiten properti yang bisa dicermati oleh para investor, yaitu saham SMRA. Selain harga saham masih relatif murah, ada banyak proyek pengembang menarik. Terutama di Serpong, Bogor, dan IKN,” kata Axell, Senin (1/1/2024).Sedangkan menurut Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi menilai tren properti masih terus positif hingga tahun depan seiring dengan keberlanjutan insentif PPN dan ketatnya potensi suku bunga pada akhir kuartal I 2024.“Hingga kuartal II 2023, sektor real estate masih mengalami penurunan sebesar 12,3% (YoY). Sedangkan data Menko Perekonomian, sektor perumahan dan konstruksi telah berkontribusi sebesar 14%-16% terhadap PDB Indonesia,” kata Oktavianus.Di sisi lain, ia menambahkan bahwa efek insentif PPN dari pemerintah dapat memberikan dampak positif untuk emiten properti. Selain itu, insentif ini juga bisa mendongkrak permintaan pasar.Melihat angka backlog yang masih besar hingga 9,9 juta unit meski mengalami penurunan selama 2023, sektor porperti akan dibayangi sentimen yang positif dan bisa menjadi penompang di masa depan.Apalagi tahun ini kebijakan moneter akan lebih longgar dalam memberikan ruang pertumbuhan yang jauh lebih besar.“Teruntuk para investor, saya merekomendasikan untuk membeli saham BSDE dengan target harga Rp 1.650 per tahun dan saham CTRA dengan harga Rp 1.470 per saham,” tambahnya.Menilik Prospek dan Nasib Sektor Properti 2024, Cerah atau Anjlok?Lantaran suku bunga BI masih tinggi di level 6%, sektor properti di awal tahun 2024 ini diperkirakan masih lesuh.Axell Ebenhaezer mengungkap, suku bunga BI akan memberikan dampak negatif bagi sektor properti. Sebab, masyarakat menjadi lebih berhati-hati dalam mengambil kredit untuk membeli properti.“Ketidakpastian ekonomi yang digandeng pemilu akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan membuat fasiliator kredit memperketat persyaratan,” kata Axell.Sejalan dengan itu, kebijakan yang telah dibuat Presiden RI Joko Widodo juga terlihat berusaha mendukung belanja masyarakat supaya pertumbuhan 5% tercapai melalui pemberian insentif.Namun, hal tersebut sangat disayangkan karena terancam eksistensinya bila penggantinya tidak sejalan dengan kebijakan yang dibuat oleh Joko Widodo.Selain itu, ada dua faktor lain yang perlu diperhatikan, yaitu status ekonomi Amerika Serikat (AS) dan suku bunga The Fed. Kendati begitu, kini sudah ada tanda-tanda penurunan suku bunga yang akan mengalami penurunan di tahun depan.“Kini sudah terlihat tanda-tanda soft landing yang perlahan mulai tercapai. Jadi ada kemungkinan suku bunga diturunkan di awal tahun depan dan sektor properti bisa mulai bangkit di kuartal II dan III 2024,” pungkasnya.